Syeikh Abdul Aziz al Syeikh, mufti Saudi (Salafy-Wahaby), mengeluarkan pernyataan kontroversial seputar peristiwa Karbala seperti dalam video berikut ini:
Syekh Abdul Azis mengatakan, bahwa pemerintahan Yazid bin Muawiyah adalah sah (legitimate). Bai'at kepadanya adalah suatu kewajiban. Oleh karena itu sikap Hussain bin Ali yang tidak mau ber-bai'at kepada Yazid menurutnya adalah suatu kesalahan.
Pernyataan syeikh ini mendapat reaksi keras, terutama dari Syiah. Ayatollah Modaressi mempertanyakan: "Pemerintahan Fir'aun adalah sah, bai'at kepada Namrud adalah sah. Menentang pemerintahan Fir'aun adalah kekeliruan? Lalu apa dasar syeikh Abdul Azis menentukan sesuatu itu sesuai dengan hukum atau tidak?".
Berbagai pembelaan dan penentangan muncul terhadap pernyataan Syeikh Abdul Azis tersebut. Para pendukungnya berpendapat, bahwa Syeikh telah mengungkapkan fakta sebenarnya tentang Karbala. Sejarah Karbala versi Syiah adalah mitos. Para pendukungnya berpendapat bahwa walaupun keturunan Rasulullah, tidak berarti bahwa mereka semua bebas dari kesalahan (dosa). Mereka sama seperti manusia lainnya.
Sementara para penentangnya mengatakan bahwa ini adalah usaha lain dari berbagai usaha yang telah dilakukan oleh Wahaby untuk menjauhkan umat dari Rasulullah dan warisannya, seperti fatwa bahwa "Siapa yang tidak percaya bahwa orang tua Rasulullah kafir adalah kafir", "Hussain adalah manusia biasa, bila kalian baik, kalian akan sama dengan Hussain", dll. Ada juga yang mengatakan bahwa yang dilakukan oleh Wahaby adalah justifikasi seperti yang dilakukan oleh Yazid mengenai haknya akan kekhalifahan. Seperti telah diketahui banyak orang, tugas menjaga Mekah dan melayani orang yang berziarah telah diambil alih oleh Wahaby. Padahal sejak jaman sebelum kedatangan Nabi SAW pun, penjagaan Mekah sudah menjadi hak dari keturunan Bani Hasyim. Dengan dalih untuk membersihkan Mekah dari syirik, Wahaby mengambil posisi tersebut dari Bani Hasyim.
Agama dan Politik, suatu hubungan yang sangat kompleks dalam sejarah Islam....
Agama dan Politik, suatu hubungan yang sangat kompleks dalam sejarah Islam....
Di bawah ini adalah serial video mengenai kejadian Karbala yang dibawakan oleh Habib Ali Al Jufri. Terlepas dari polemik mengenai Karbala, ada nasihat (pada video kelima) yang sebaiknya lebih diperhatikan daripada isu politik. Habib Ali mengatakan, jika memang anda pecinta ahlulbait, ada yang ditinggalkan oleh mereka yaitu adab, akhlak, petunjuk, ilmu, shirah, dan muamalah. "Kalau mereka bermuamalah dengan jeleknya, perlihatkanlah kepada mereka cara para pecinta ahlulbait bermuamalat dengan penuh keihsanan. Kalaulah seseorang dari mereka menyakiti kalian, perlihatkanlah kalian melakukan ihsan terhadap sesiapa yang menyakiti kalian. Kalaulah mereka mencela kalian, tunjukkan bagaimana kalian memuji sesiapa yang mencela kalian. Kalau kalian melihat orang ramai mengingkari, tunjukkanlah kepada mereka belas kasihan dan kasih sayang".
Bila kalian mencintai ahlulbait, rindukanlah akan akhlak dan perjalanan hidupnya. Ali Zainal Abidin (Ali bin Hussain), ketika wafat, orang-orang melihat dua garis hitam di pipi dan di punggungnya. Orang-orang bertanya kepada khadamnya, mereka mengetahui dua garis hitam di kedua pipinya disebabkan oleh banyaknya Ali bin Hussain menangis kepada Allah ketika orang-orang telah terlelap dengan tidurnya. Tetapi apakah kedua garis hitam yang ada di punggungnya? Khadamnya menceritakan bahwa setiap malam, ketika orang-orang telah terlelap, Ali bin Hussain mengangkat karung makanan di punggungnya untuk dibagikan kepada 100 orang. Orang-orang bertanya mengapa khadamnya tidak membantu beliau mengangkat makanan tersebut? Khadamnya mengatakan, bahwa Ali bin Hussain melarangnya karena ia tidak akan sanggup menanggung dosa beliau di hari kiamat.
Akibat tekanan berat yang diterima oleh keluarganya dari penguasa Umayyah, Ali bin Hussain telah menjauhkan diri dari politik dan hanya melayani umat dalam masalah spiritiual. Tetapi tanpa kekuasaan, tanpa kekhalifahan, Ali bin Hussain masih memiliki kewajiban untuk menciptakan keadilan bagi masyarakat. Beliau melakukannya dengan diam, bersembunyi dari popularitas. Dan merasa kewajiban yang tidak dapat ditunaikan oleh penguasa adalah menjadi kewajibannya pribadi.
Tetapi pilihan sikap non partisan dari Ali Zainal Abidin ini tidak menjadi satu-satunya pilihan sikap yang diteruskan oleh Bani Hasyim kemudian. Dinamika politik ahlulbait dalam sejarah Islam ini akan kita lihat kemudian di artikel-artikel berikutnya.
Tetapi pilihan sikap non partisan dari Ali Zainal Abidin ini tidak menjadi satu-satunya pilihan sikap yang diteruskan oleh Bani Hasyim kemudian. Dinamika politik ahlulbait dalam sejarah Islam ini akan kita lihat kemudian di artikel-artikel berikutnya.
Temukan artikel lainnya di http://www.lintas-islam.blogspot.com
Untuk bergabung dengan group Lintas Islam, click http://groups.yahoo.com/group/lintas-islam/join; atau kirim email kosong ke alamat: lintas-islam-subscribe@yahoogroups.com
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori politik /
sejarah
dengan judul Karbala: Isu Modern. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2012/01/karbala-isu-modern.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Lintas Islam - Friday, January 13, 2012
Belum ada komentar untuk "Karbala: Isu Modern"
Post a Comment