Islam Untuk Semua Umat

Kisah Seorang Pandai Besi


Trichan, Manusia Tahan Panas
Dikisahkan ada seorang pandai besi yang mempunyai keajaiban luar biasa. Kalau ia memanggang besi di dalam bara api tangannya tidak kepanasan sekali pun saat mengambilnya menggunakan tangannya secara telanjang. Ketika itu ada seorang yang tergerak hatinya bermaksud menyaksikan keajaiban itu. Apakah benar ataukah sekedar berita bohong. Hingga suatu hari orang tersebut datang kerumah si pandai besi. Ia bertanya tentang berita itu. Setelah melihat sendiri, ia memandangi dengan penuh kekaguman.  Setelah pandai besi itu menyelesaikan pekerjaannya, lelaki tadi memberi salam. Pandai besi menjawab. Lalu kata lelaki tadi: ”Malam ini aku menjadi tamumu, kamu tidak keberatan bukan?’ 
Si pandai besi menjawab: ”Dengan suka hati aku menerima kehadiranmu”. 

Lelaki tadi diajak masuk kerumah, hingga setelah makan malam tiba ia disuguhi makan malam. Selesai makan hingga menjelang tidur lelaki itu tidak menjumpai suatu kelebihan dilakukan si pandai besi. Ibadah fardunya hanya seperti itu. Ia tidur malah hingga subuh. Dalam hati ia berkata: ”Barangkali malam ini ia sengaja merahasiakan ibadahnya”. Lelaki tadi meminta izin agar diperbolehkan bermalam untuk yang kedua kalinya. Ia mencoba memperhatikan amaliyahnya. Ternyata tidak ada kelebihannya dalam menjalankan kewajiban dan kesunahan beribadah.  
  
Akhirnya lelaki itu berkata: ”Sudah seringkali aku mendengar, betapa besar Allah memuliakan dirimu. Kebetulan aku sendiri juga menyaksikan kekeramatanmu itu. Tetapi setelah aku perhatikan secara lahiriyah ternyata tidak ada kelebihan yang aku jumpai dalam ibadah fardu atau sunnahmu. Kalau begitu dari manakah tingkatan itu kamu peroleh?”.  

Si pandai besi itu menjawab: ”Saudaraku, sesungguhnya aku memiliki kisah yang sangat menarik. Ceritanya begini. Aku bertetangga dengan seorang perempuan yang sangat cantik sekali. Aku cinta sekali padanya. Setiap saat aku menggoda dan merayunya supaya mau memenuhi keinginanku. Namun sejauh itu aku tidak dapat menundukkan dirinya. Rupanya ia perempuan ahli wara’ yang sangat bagus segalanya.  

Bulan demi bulan terus bergulir, hingga tibalah masa paceklik, makanan sulit diperoleh. Kelaparan merata dimana-mana. Suatu hari ketika aku sedang menikmati udara di rumah, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Aku keluar untuk melihat siapa yang datang. Ternyata perempuan yang cantik itu yang datang. Ia berdiri di depan pintu, katanya: ”Tuan aku ini sedang kelaparan. Apa ada makanan yang bisa tuan berikan kepadaku?” 
Jawabku:”Apa kau tidak merasa bahwa aku sangat mencintaimu?. Aku tidak akan memberi makanan kecuali kau bersedia menyerahkan dirimu padaku”.  
"Sesungguhnya aku takut menghadapi bahaya dalam kematian. Aku telah berjanji untuk tidak bermaksiat kepada Allah”. Lalu Ia kembali.  

Dua hari kemudian ia datang lagi. Ia meminta makanan seperti yang dikatakan tempo hari. Aku juga memberi jawaban seperti jawabanku yang kemarin. Saat itu tubuhnya kelihatan sangat kusut dan rusak. Ia masuk dan duduk di dalam rumah. Aku menyodorkan makanan di depannya. Tiba-tiba airmata perempuan cantik itu terus mengalir deras seraya berkata: ”Apakah makanan ini kau berikan semata hanya karena Allah?” 
Aku menjawab: ”Aku berikan makanan itu agar kau bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia bangkit dan meninggalkan makanan itu tanpa menjamahnya sedikit pun. Ia terus melangkah keluar rumah menuju rumahnya sendiri, yang berada tak jauh dari rumahku.  

Dua hari kemudian ia datang lagi. Ia mengetuk pintu sambil berdiri di depan pintu, Kulihat tubuhnya kian kurus kering. Suaranya terbata-bata. Punggungnya membungkuk karena menahan lapar. Ia berkata: ”Tuan aku telah merasa kesulitan, untuk mencari makanan, dan aku tak sanggup lagi untuk berjalan jauh untuk mencari makanan kecuali kepada tuan. Apakah tuan punya makanan yang bisa diberikan kepadaku ikhlas karena Allah?” 
"Ya tentu ada kalau kamu bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia kemudian menundukkan wajah beberapa saat, ia masuk dan duduk di dalam. Saat itu aku benar-benar tidak mempunyai makanan yang dapat kuberikan untuknya. Maka aku segera menghidupkan api untuk memasak makanan untuknya.  

Setelah masak dan makanan kuletakkan di depannya tiba-tiba aku tersadar memperoleh petunjuk Allah. Dalam hati aku berkata: ”Hai rusak amat diriku ini, sesungguhnya perempuan ini termasuk orang yang diberi akal sedikit dan begitu pula ketaatannya pada agamanya. Ia tidak mampu mencari mana dan sudah berulang kali merasakan betapa pedihnya kelaparan. Tetapi kamu tidak mau menahan kemaksiatan, padahal ia dapat mencegah kemaksiatan tanpa mau menyentuh makanan, jika diberikan dengan syarat”.  

Kemudian aku berdoa kepada Allah: ”Wahai Allah sesungguhnya aku sekarang bertaubat kepada-MU atas segala perbuatanku. Aku berjanji tidak akan mendekati lagi kepada perempuan itu untuk bermaksiat”.  

Aku dekati dia yang masih terpaku di depan makanan. Aku berkata: "Sekarang makanlah, kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan meminta persyaratan itu. Kuberikan itu hanya karena Allah”.  

Begitu mendengar ucapanku itu, ia mengangkat wajahnya kelangit seraya berucap: ”Wahai Allah, jika ucapannya itu benar, hindarkanlah dirinya dari api dunia dan api akhirat”. Lalu perempuan cantik itu ku biarkan menyantap makanan. Aku sendiri berkemas dari hadapannya untuk memadamkan api. Tanpa sengaja sebuah bara api jatuh mengenai kakiku. Ternyata tidak melepuh. Aku kembali lagi menjumpainya dengan penuh kegembiraan. Aku berkata: ”Bergembiralah kamu, sesungguhnya Allah telah mengabulkan doamu”.  

Lalu Ia buang sesuap makanan yang masih ada di tangannya. Ia bersujud syukur seraya berucap: ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau telah memperlihatkan kepadaku apa yang kuhendaki terhadap lelaki ini. Maka cabutlah ruhku sekarang juga”. Selesai berucap begitu, perempuan cantik itu mati dalam keadaan masih bersujud. Demikianlah ceritaku, saudara”. 

Wallaahu a’lam





Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori akhlak / keluarga / tashawuf dengan judul Kisah Seorang Pandai Besi. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2013/07/kisah-seorang-pandai-besi.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Lintas Islam - Thursday, July 11, 2013

2 komentar untuk "Kisah Seorang Pandai Besi"