Allah SWT menjelaskan keberadaan surga, sifat-sifatnya, macam-macamnya, dan kriteria para (calon) penghuninya secara tekstual dalam sejumlah ayat Alquran. Allah menjelaskan, surga itu sudah selesai diciptakan.
Allah menjelaskan, surga itu luasnya seluas langit dan bumi. Surga itu bermacam-macam, antara lain, Firdaus, ‘Adn, Na’im, dan Ma’wâ. Dan, surga diperuntukkan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, juga bagi mereka yang bertakwa.
Selain itu, Allah menjelaskan, surga itu merupakan tempat kembali yang paling baik dan paling menyenangkan. Tak sebatas itu, surga merupakan tempat yang langgeng, kekal, dan abadi. Surga bertingkat-tingkat.
“Tidaklah sama antara orang-orang mukmin duduk (yang tidak ikut berperang) tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar. (Yaitu), beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa [4] : 95 - 96).
Ibnu Jarir menyebutkan dari Hisyam bin Hassan dari Jablah bin ‘Athiyah dari Ibnu Mahiriz bahwa derajat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah 70 derajat dan jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya adalah sejauh lari kuda balap selama 70 tahun.
Dhahhak menambahkan, sebagian dari mereka lebih mulia daripada yang lainnya. Mereka yang lebih mulia dapat melihat kelebihan mereka dari yang lainnya dan yang di bawah mereka tidak melihat kalau ada orang lain yang lebih mulia dibandingkan mereka.
Dalam sebuah hadis dari Malik dari Shafwan bin Salim dari Atha bin Yasar dari Abu Sa’id Al-Khudhri dinyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya para penghuni surga tentu melihat para penghuni ghuraf (kamar atau bangunan) dari atas mereka sebagaimana mereka melihat bintang yang berkilauan jauh di ufuk timur atau barat lantaran perbedaan derajat mereka. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ghuraf itu hanya disediakan bagi para nabi dan tidak bisa dihuni selain mereka?” Rasulullah SAW bersabda, “Benar. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya ghuraf itu bisa juga dihuni oleh mereka yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul-Nya.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad, dan Darimi).
Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah mengomentari redaksi Bukhari yang memilih menggunakan kata fi al-ufuq sebagai sangat tepat. Dia pun mengemukakan beberapa alasannya. Pertama, menunjukkan betapa jauhnya bintang-bintang tersebut dari penglihatan manusia.
Kedua, menunjukkan betapa jauhnya derajat surga yang satu dengan derajat lainnya. Hal itu dimaksudkan untuk membedakan derajat para penghuninya. Kendati demikian, mereka yang menghuni surga pada ghuraf yang tinggi tidak merasa lebih bangga dari mereka yang menghuni ghuraf di bawahnya.
Mereka nyaman dengan keberadaannya laksana perkebunan yang memanjang dari bagian atas gunung ke bagian di bawahnya.
Diriwayatkan dari Atha bin Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah SAW menjelaskan, “Sesungguhnya surga itu terdiri atas 100 derajat.” (Kelanjutan dari hadis Mu’adz bin Jabal).
Dan, dalam riwayat lainnya dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menyebutkan, “Di dalam surga itu terdapat 100 derajat. Antara satu derajat dengan derajat lainnya jaraknya 100 tahun perjalanan.” (HR Tirmidzi).
Dalam Shifatu al-Jannati dikutip sebuah hadis dari Aban dari Anas bin Malik RA, suatu hari ada seorang Badui menghadap Rasulullah SAW dan bertanya, “Apa harga surga itu?” Rasulullah SAW menjawab, “(Kalimat) la ilaha illallah.”
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mahmud Yunus
by: Lintas Islam