Tidak akan lama lagi mungkin Suriah akan berhasil dilumpuhkan oleh koalisi NATO - Amerika, Inggris, Israel dan Turki - dibantu oleh partner-partner negara Arab mereka: Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab. Besar kemungkinan tidak akan lama lagi mereka akan mengarahkan senjata mereka ke Iran. Ini makin membenarkan prediksi dan analisis yang dibuat oleh Michel Chossudovsky dalam bukunya: America’s “War on Terrorism”. Oleh karena itu sebelum saya lanjutkan, siapa pun Anda - nasionalis, liberalis, sekularis, Syiah, Wahabi, Sunni, dll - cobalah endapkan ego anda lebih dulu. Mungkin yang baru mengenal saya, Anda akan menuduh saya sebagai fanatis, separatis, atau anti Wahabi. Itu tidaklah penting, yang lebih penting adalah apa yang harus kita perbuat bila saja krisis yang terjadi di semenanjung Arab akan terjadi di Asia, nanti - mungkin tidak lama lagi. Bagi saya, lebih baik berbicara lugas daripada "bertanam tebu di bibir". Budaya topeng adalah budaya kolot yang menghalangi kita untuk melihat permasalahan secara jujur dan obyektif. Mungkin saat ini Anda melihat krisis di Arab adalah akibat dari sikap turunan bangsa Arab yang suka dengan perang suku, sampai Anda menyadari kelak bahwa bangsa Anda sendiri ternyata tidak lebih baik dari bangsa Arab. Masih ingat konflik di Poso? di Ambon? Timor-timur? Irian? Aceh? Madura di Kalimantan? apakah konflik tersebut hanya dipicu oleh sikap bangsa kita dulu yang suka perang suku? atau memang masuk dalam skenario global? dulu berbagai konflik di tanah air sempat membuat kita putus asa, sepertinya Indonesia akan terpecah-belah menjadi negara-negara kecil seperti di semenanjung Balkan. Hmmm mungkin Anda mulai mencoba untuk berandai-andai bila konflik-konflik tersebut adalah test case dari skenario global: politik adu domba, devide et impera kata guru olah raga dulu. "Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat". Eh salah, itu mah ora et labora ya?? Dalam suatu berita koran yang saya baca waktu itu, banyak veteran perang Afghanistan yang tiba-tiba ada di Poso dan Ambon untuk ikut berperang. Dalam berita koran yang saya baca mengenai konflik Suriah, kejadiannya juga mirip. Seorang ibu yang diwawancarai mengatakan: "Para pemberontak tersebut sebelumnya datang dan menjadi tetangga kami, tetapi kemudian mereka ingin membunuh kami".
Saya pertama kali membaca buku Michel Chossudovsky tersebut di perpustakaan di Amerika, sekitar kejadian tragedi 9/11. Tahunnya saya lupa, tetapi edisi pertama buku tersebut diterbitkan pada tahun 2001. Saat ini saya memiliki copy edisi kedua-nya, terbitan tahun 2005. Ketika pertama kali membaca buku tersebut, saya kagum dengan negara Paman Sam ini: buku yang ditulis untuk mengecam dan menceritakan kebusukan pemerintah mereka bebas dipublikasikan dan dibaca umum. Maklum, saya berasal dari negara pak Harto yang berhasil meyakinkan saya bahwa kejadian tersebut tidak mungkin bisa terjadi di Indonesia... Tetapi yang menguntungkan pemerintah sana: lebih banyak penduduk Amerika yang tidak peduli dengan politik daripada penduduk Indonesia. Jadi walaupun bukunya diterbitkan dan dipublikasikan secara bebas, tidak banyak warga Amerika yang membacanya. Jadi Anda jangan terburu-terburu menyimpulkan bahwa seluruh bangsa Amerika adalah jahat dalam menyikapi konflik global yang diciptakan oleh pemerintah mereka - seperti yang disimpulkan oleh Osama dkk. Banyak dari mereka yang tidak tahu permasalahan sebenarnya, karena tidak punya interest untuk tahu permasalahaan sebenarnya. Mereka lebih suka disibukkan untuk mencari duit, mengejar mimpi untuk bisa menjadi orang kaya sedunia. Alangkah bahagianya mereka, tidak seperti negara-negara kecil seperti Indonesia yang suatu saat akan menjadi korban kebrutalan imperialisme Barat berikutnya, sehingga kita harus tetap memasang mata dan telinga.
Menurut Michel Chossudovsky (MC) - pada saat itu Paman Sam sedang menyerang Afghanistan - serangan AS ke Afghanistan adalah rencana selanjutnya untuk menguasai jalur pipa minyak dunia oleh imperialis Barat. Pada saat negara-negara komunis masih berjaya, jalur-jalur pipa minyak dari negara-negara Arab yang melintas Eropa Timur ini dikuasai oleh negara-negara komunis Eropa Timur, sehingga Eropa Barat dan AS tidak bisa menikmati akses terhadap pipa-pipa minyak tersebut. Dengan menciptakan konflik Balkan dan memecah-belah Soviet komunis menjadi negara-negara kecil, AS sudah bisa mendapatkan akses pipa minyak yang melalui Eropa Timur tersebut. Lalu AS melanjutkan misinya untuk menguasai Afghanistan. Jalur pipa minyak Afghanistan dulu dikuasai oleh Soviet dan saat itu telah dikuasai oleh Taliban. Afghanistan adalah pintu masuk ke pipa-pipa minyak negara-negara Arab. Pada tahap ini, awalnya saya meragukan analisis MC karena ia adalah 'orang kiri', sehingga penilaiannya lebih "kekiri-kirian".
Seperti yang telah kita saksikan, target perang AS dan sekutunya berikutnya adalah negara-negara di semenanjung Arab. Semua akses minyak yang dulu terhalang bagi AS seperti di Irak, Libya, Suriah, dll sekarang sudah terbuka. Arab kalah perang. Tentu saja orang-orang Arab kalah perang, soalnya kalau tiarap pantat mereka nggak bisa rata dengan tanah. Dongkraknya, boo...
Sukses di negara-negara Arab, AS dan sekutunya akan melanjutkan misi imperialisme mereka ke semenanjung Asia. Negara pertama yang akan dituju adalah Iran. Anda sudah tahu bahwa selama ini Iran tidak menjual minyaknya ke negara-negara Barat. Iran menjual paling banyak minyaknya melalui jalur pipa minyak yang mengarah ke Cina dan berikutnya Cina dan negara-negara di Asia Selatan akan menjadi target perang berikutnya. Jika ini memang benar-benar akan diwujudkan oleh pasukan imperialis Barat, maka mungkin waktunya tidak akan lama lagi. Siklus krisis ekonomi di negara-negara Asia mungkin akan berulang kembali di sekitar tahun 2016, 2017 atau 2018. Saat itulah negara-negara yang terkena krisis sedang puyeng-puyengnya menghadapi krisis, lalu ditambahi kerjaan dengan berbagai tekanan politik dari dalam dan luar negeri. Akan ada perang dan perjuangan untuk mendirikan negara Islam independen oleh pasukan-pasukan Al Qaeda yang ditanam di Cina, sehingga Cina akan terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil. "Jangan bermimpi Cina akan menjadi negara super power baru, rival dari Paman Sam" - kata Paman Sam.
Apakah pada tahun-tahun tersebut, Indonesia akan kembali terkena dampak krisis? Mene ketehe... Akibat krisis tahun '98, Timor-timur lepas dari NKRI. Mungkin Anda berpikir bahwa kasus lepasnya Timor-timor penyebabnya adalah lain, sampai Anda menyadari bahwa konflik yang terjadi secara global ini adalah memiliki pengarang cerita yang sama dengan skenario yang berbeda-beda. Tujuannya juga sama: MINYAK. Pada krisis Balkan, isunya adalah perjuangan untuk mendirikan negara Islam independen. Pada krisis di Arab atau Balkan 2, lebih variatif. Ada isu demokrasi, menjatuhkan pemimpin diktator, konflik Sunni-Syiah, dll. Pada krisis di Asia selatan atau Balkan 3 mungkin isunya adalah juga perjuangan mendirikan negara Islam independen, atau konflik Islam dengan Budha (test case di Rohingya), konflik Islam dengan Hindu, dll.
Siapakah pasukan yang membantu AS dan sekutunya untuk menciptakan konflik di Balkan? di Afghanistan? Lalu kemudian di Arab? Kalau Anda tidak mengetahui bahwa Al Qaeda lah yang selama ini membantu AS dan sekutunya mewujudkan skenario geopolitik global tersebut, Anda adalah seorang yang naif. Atau sederhananya, Al Qaeda telah diperalat - baik disetujui atau tidak disetujui oleh Al Qaeda sendiri - untuk melakukan perang atas nama Paman Sam. Pasukannya adalah sukarelawan jihad dari berbagai penjuru negeri. Di mana ada jihad oleh pasukan Al Qaeda, di negara itulah pasukan AS dan sekutunya akan melancarkan operasi militer - dari Balkan 1, Balkan 2, sampai nanti di Balkan 3. Ideologi di belakang Al Qaeda adalah doktrin Wahabi. Sorry ye, ane bukan sektarian. Tetapi ketika bicara tentang dinamika politik, sepertinya saya harus secara jelas menyebut "nama orang", sebagaimana dua organisasi tersebut juga disebutkan di dalam bukunya MC. Wahabi adalah organisasi yang dilahirkan oleh Inggris dan Al Qaeda adalah organisasi yang dilahirkan oleh AS untuk kepentingan geopolitik mereka. Silakan baca buku sejarah secara lebih lengkap dan teliti untuk membuktikan bahwa pernyataan tersebut adalah salah. Realitasnya adalah Muslim telah diadu domba dengan saudara-saudara mereka sendiri atau dengan kelompok lain - baik anda ketahui dan setujui atau tidak.
Al Qaeda hanyalah salah satu tema yang akan digunakan oleh imperialis Barat, tetapi masih banyak tema lain yang akan digunakan sesuai dengan konflik alami yang sudah ada di negara-negara target perang global tersebut. Mungkin sebentar lagi, kita akan terjebak perang sipil dengan tetangga-tetangga kita sendiri.
by: Lintas Islam
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori politik
dengan judul Pelajaran dari Krisis Politik di Arab. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2013/09/pelajaran-dari-krisis-politik-di-arab.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Lintas Islam - Thursday, September 5, 2013
Belum ada komentar untuk "Pelajaran dari Krisis Politik di Arab"
Post a Comment