Bersamaan itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali. Umar memanggilnya, katanya: ”Ada keperluan penting?”.
Ia menjawab: ”Amirul mukminin, kedatanganku ini sebenarnya hendak mengadukan perihal istriku lantaran suka memarahiku. Tetapi begitu aku mendengar istrimu sendiri berbuat serupa, maka aku bermaksud kembali. Dalam hati aku berkata: kalau kedaan amirul mukminin saja diperlakukan istrinya seperti itu, bagaimana halnya dengan diriku?”
Umar berkata kepadanya: ”Saudara, sesungguhnya aku rela menanggung perlakuan seperti itu dari istriku karena adanya beberapa hak yang ada padanya. Istriku bertindak sebagai juru masak makananku. Ia selalu membuatkan roti untukku. Ia selalu mencucikan pakaian-pakaianku. Ia menyusui anak-anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya. Aku cukup tentram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan istriku. Karena itu aku menerimanya sekalipun dimarahi.”
Kata orang itu: ”Amirul mukminin, demikian pulakah terhadap istriku?”.
Jawab Umar: ”Ya, terimalah marahnya. Karena yang dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja.”
by: Lintas Islam
Diambil dari kitab UQUD AL-LUJAIN FIY BAYAANI HUQUQ AL-ZAUJAIN, karya Syekh Nawawi Al Bantani.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori akhlak /
keluarga /
tashawuf
dengan judul Kesabaran Umar atas Perlakuan Isteri. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2013/01/kesabaran-umar-atas-perlakuan-isteri.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Lintas Islam - Thursday, January 31, 2013
Belum ada komentar untuk "Kesabaran Umar atas Perlakuan Isteri"
Post a Comment