Islam Untuk Semua Umat

Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 4

Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 4
Makna Kalimat بسم الله
Senin, 07 Januari 2013



Pembahasan di malam ini masih dalam pembahasan “Basmalah”. Dijelaskan oleh Al Imam At Thabari bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan Basmalah sebagai “Al Barakah wa al-aml”. Barakah maksudnya adalah melipatgandakan pahala dan kemuliaan lebih dari yang semestinya. Maka dengan mengucapkan “Basmalah”, terbukalah seluruh pintu-pintu kemuliaan yang pernah dibuka oleh Allah subhanahu wata’ala dan pintu-pintu yang belum terbuka oleh Allah subhanahu wata’ala untuk hamba tersebut, karena dengan kalimat “Bismillah” yaitu dengan nama Allah sungguh sesuatu itu bisa terjadi atau tidak bisa terjadi. Kalimat tersebut (Bismillah) terikat dengan kalimat “Kun Fayakun”, dan jika Allah subhanahu wata’ala tidak menciptakan “Ar Rahmaan dan Ar Rahiim” setelah kalimat itu (Bismillah) maka sungguh di alam semesta ini tidak akan ada satu pun yang bisa bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, akan tetapi kesemuanya akan tunduk dan sujud kepada Allah subhanahu wata’ala, namun setelah kalimat itu Allah subhanahu wata’ala melanjutkannya dengan kalimat “Ar Rahmaan dan Ar Rahiim”. Kalimat “باسم“ telah kita bahas minggu yang lalu, bahwa makna dari huruf “ب“ adalah “بهاء الله“ yaitu kewibawaan Allah, dan “س“ adalah “سناؤه“ yaitu cahaya Allah subhanahu wata’ala, dan “م“ adalah “مملكته“ yaitu kerajaan Allah. 

Makna kalimat “Allah” sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Al Imam At Thabari adalah tempat mengadu atau tempat mencari perlindungan bagi manusia, dan makna ringkasnya kalimat “Allah” adalah gerbang harapan yang abadi, bagi semua hamba yang shalih atau yang pendosa, bagi semua penduduk surga atau penduduk neraka. Jika semua manusia mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah gerbang harapan bagi seluruh makhluk, maka apalah gunanya berharap kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Namun karena lemahnya iman, terkadang kita menjadikan “Allah” yang terakhir untuk diharapkan, ketika seseorang telah berusaha kesana kemari dan tidak ada hasil dan tidak ada yang dapat membantunya, barulah ia berlari kepada Allah subhanahu wata’ala. Padahal jika sang pencipta seluruh hajat tidak memberinya maka tidak satu makhluk pun yang akan mampu memberi atau menolongnya. Juga telah kita sebutkan dalam penjelasan yang lalu bahwa alam semesta ini tertahan dari kehancuran selama ada yang menyebut nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Shahih Muslim. Maka peganglah azimat terkuat dan teragung yang ada di alam semesta ini, yang mana jika seseorang memegang erat dengan hatinya maka alam semesta ini akan tunduk, karena ia tidak akan hancur selama masih ada yang menyebutnya, dan lebih mendalamnya lagi bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan orang yang berdzikir dengan menyebut nama “Allah Allah” sebagai penahan bala’ atau musibah, maka beruntunglah bagi mereka yang terus mendalami dan merenungi agungnya makna nama Allah subhanahu wata’ala, yang artinya adalah gerbang harapan. Dijelaskan pula oleh Al Imam At Thabari bahwa makna kalimat “Allah“ adalah: “Dzat Yang (layak) disembah dan tidak layak menyembah”.

Allah subhanahu wata’ala adalah satu-satunya dzat yang layak disembah dan Allah subhanahu wata’ala tidak layak menyembah siapa pun. Demikian kemahatunggalan Allah subhanahu wata’ala yang semakin mendalam dengan semakin kita mempelajari rahasia kemuliaan tauhid ini. Kemudian ungkapan “Basmalah” mempunyai hukum, sebagaimana para ahli fiqh menyebutnya sebagai “Ahkaam Al Basmalah (Hukum-hukum Basmalah)”, yang mana terdapat 4 hukum dari pengucapan “Basmalah” yaitu: wajib, sunnah, makruh, dan haram. 

Yang pertama hukumnya adalah wajib, sebagaimana dalam madzhab Syafi’i bahwa “Basmalah” adalah merupakan ayat dari surat Al Fatihah, sehingga wajib hukumnya dibaca dalam surat Al Fatihah ketika shalat. Sedangkan terdapat madzhab lain yang berpendapat bahwa “Basmalah” bukanlah termasuk ayat dari surat Al Fatihah namun sebagai tambahan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saja, akan tetapi hal ini dipertentangkan oleh para ulama’ madzhab Syafii, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi bahwa jika “Basmalah” itu bukanlah merupakan ayat dari Al qur’an, mengapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan “Basmalah” di seluruh surat-surat dalam Al qur’an kecuali dalam surat At Tawbah? Maka hal ini menunjukkan bahwa “Basmalah” merupakan awal dari semua ayat Al qur’an, jika bukan merupakan awal dari semua surat Al qur’an maka seharusnya surat At Tawbah pun diawali dengan “Basmalah”. Sedangkan penetapan surat-surat dan ayat-ayat dalam Al qur’an adalah atas perintah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mengapa kita harus memotong kalimat “Basmalah” dari surat Al Fatihah. Dan sebagaimana bahwa surat Al Fatihah juga disebut sebagai “Sab’u Al Matsaani” yaitu 7 ayat mulia yang dilang-ulang. Namun pendapat yang mengatakan bahwa “Basmalah” bukan merupakan ayat dari surat Al Fatihah yaitu dikarenakan ada beberapa riwayat shahih bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan surat Al Fatihah tanpa “Basmalah”. 

Hukum kedua pengucapan “Basmalah” adalah sunnah yaitu diucapkan ketika mengerjakan hal-hal yang sunnah seperti berwudhu dan lainnya, begitu juga ketika ketika mengerjakan perbuatan-perbuatan mubah (bukan ibadah) namun diawali dengan mengucapkan “Basmalah”, maka hal tersebut akan mendapatkan pahala ibadah, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap perbuatannya selalu diawali dengan ucapan “Basmalah”. 

Ketiga hukumnya makruh ketika mengucapkan “Basmalah” dalam melakukan perbuatan yang makruh. Keempat hukumnya haram ketika “Basmalah” diucapkan untuk melakukan perbuatan yang haram. Pembahasan selanjutnya insyaallah kita lanjutkan malam Selasa yang akan datang.

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ






Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 4. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2014/11/penjelasan-kitab-arrisalatul-jamiah_4875.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Lintas Islam - Thursday, November 27, 2014

Belum ada komentar untuk "Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian 4"