قَالَ سَعْدُ بن عُبَادَةَ : لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ ( صحيح البخاري)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang tetap dan selalu melimpahkan kebahagiaan, rahmat dan anugerah kepada hamba-hambaNya sepanjang waktu dan zaman. Bulan Rabi’ Al Awwal yang penuh dengan keluhuran telah meninggalkan kita, bulan cinta dan kerinduan telah meninggalkan kita, kita tidak mengetahui apakah di tahun yang akan datang kita masih akan menemui bulan Rabi’ Al Awwal ataukah kita telah dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala.
Meskipun bulan cinta dan kerinduan itu telah pergi meninggalkan kita, namun cahaya Rabi’ Al Awwal, cahaya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetap berpijar hingga zaman ini berakhir dan berganti dengan kehidupan yang kekal dan abadi, cahaya keluhuran sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menuntun hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala menuju cinta dan kasih sayangNya, menuju kelembutan dan pengampunanNya, hingga sedemikian banyak hamba-hambaNya sampai pada keluhuran, kebahagiaan, dan cinta Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai hamba-hambaNya melebihi kecintaan antara makhluk satu sama lainnya. Sebagaimana riwayat hadits Shahih Al Bukhari yang kita baca ketika sayyidina Sa’ad bin Ubadah Ra berkata :
لَوْ رَأَيْتُ رَجُلا مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ
“Jika aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedang tanpa ada pengampunan untuknya”.
Sehingga sampailah kabar tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ؟ وَاللَّهِ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْ سَعْدٍ، وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي، وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنَ اللَّهِ، ومِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ المُبَشِّرِينَ وَالمُنْذِرِينَ، وَلا أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنَ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذلِكَ وَعَدَ اللهُ الْجَنَّةَ
“ Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa’ad?, demi Allah sungguh aku lebih pencemburu daripada Sa’ad, dan Allah lebih pencemburu dariku, oleh karena kecemburuan Allah itu, Dia (Allah) mengharamkan perbuatan keji baik yang tampak atau yang tersembunyi, dan tidak ada yang lebih menyukai memberi maaf dari Allah, oleh karena itu AAllah mengutus orang-orang yang memberi kabar gembira dan yang memberi peringatan (Utusan-utusan Allah). Dan tiada yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itu Allah menjanjikan surga”
Hal tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih pencemburu daripada sayyidina Sa’ad dan hal ini menunjukkan bahwa kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih besar daripada seluruh cinta orang lain kepada yang lainnya. Kita ketahui bahwa cemburu munculnya dari cinta, maka jika ada seseorang yang mencintai orang lain melebihi kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa cemburu akan hal tersebut, dan Allah subhanahu wata’ala lebih pencemburu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan bahwa kecintaan Allah subhanahu wata’ala lebih besar daripada kecintaan semua makhluk.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan di dalam Fath Al Bari tentang makna ucapan tersebut diantaranya adalah untuk memberi kefahaman dan penjelasan terhadap sayyidina Sa’ad bin Ubadah bahwa tidak seharusnya beliau marah berlebihan karena kecemburuannya itu, karena ia lebih berhak untuk lebih mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada kecintaannya kepada istrinya. Dan juga dapat kita fahami dari hadits tersebut bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memalingkan perhatian para shahabat dari kebencian terhadap Sa’ad bin Ubadah dan membawa mereka untuk memahami bagaimana kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap seluruh ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, dan Allah subhanahu wata’ala jauh lebih Mencintai seluruh makhlukNya daripada kecintaan makhlukNya kepada sesama. Kemudian disebutkan dalam hadits tersebut bahwa karena kecemburuan Allah itulah maka Allah subhanahu wata’ala mengharamkan perbuatan-perbuatan hina baik perbuatan yang secara terang-terangan ataupun yang tersembunyi.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan hal ini dimaksudkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menginginkan hamba-hambaNya untuk tidak menjauh dari Allah subhanahu wata’ala, karena jika seorang hamba banyak melakukan perbuatan hina maka ia akan semakin dekat dengan kemurkaanNya dan menjauh dari kasih sayangNya. Namun demikian Allah subhanahu wata’ala Maha Pemaaf sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut, bahwa tiadalah yang lebih menyukai memaafkan (memberi maaf) daripada Allah subhanahu wata’ala, meskipun semua di alam semesta ini tidak memaafakan kita, namun Allah subhanahu wata’ala tetap memberi maaf, sehingga Allah subhanahu wata’ala mengutus para utusanNya dari nabi dan rasul untuk menuntun hamba-hamba yang terjebak dalam perbuatan dosa menuju kepada jalan yang luhur dan diridhai Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala menyediakan maaf bagi hamba-hamba yang terjebak dalam kehinaan, bahkan Allah subhanahu wata’ala menyukai memaafkan, maka janganlah pernah berputus asa bagi yang telah terjebak dalam kehinaan dosa. Dan disebutkan dalam hadits tersebut bahwa tiadalah yang lebih menyukai pujian daripada Allah, oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menjanjikan surga (untuk orang-orang yang memujiNya), demikian riwayat yang terdapat dalam Shahih Al Bukhari. Adapun di dalam Shahih Al Muslim disebutkan : “oleh karena itulah Allah subhanahu wata’ala menciptakan surga”, yaitu untuk orang-orang yang memujiNya subhanahu wata’ala.
by: Lintas Islam
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori hadits
dengan judul Cemburu. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2014/12/cemburu.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Lintas Islam - Wednesday, December 17, 2014
Belum ada komentar untuk "Cemburu"
Post a Comment