عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي سَفَرٍ، وَأَنَّهُ ذَهَبَ، لِحَاجَةٍ لَهُ، وَأَنَّ مُغِيرَةَ، جَعَلَ يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَيْهِ، وَهُوَ يَتَوَضَّأُ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ، وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ . (صحيح البخاري )
Dari Mughirah bin syu’bah ra, sungguh ia pernah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan, dan Nabi SAW menjauh untuk buang air kecil, dan Mughirah Ra kemudian mendekat untuk menuangkan air dan beliau berwudhu, dan beliau SAW membasuh wajah, lalu kedua tangan, lalu mengusapkan air dirambut beliau SAW, dan mengusap kedua sepatu beliau SAW (tanpa membukanya untuk membasuh kaki) (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata'ala yang Maha melimpahkan tuntunan tuntunan mulia agar hamba - hambaNya menjadi terang benderang dengan cahaya iman dan cahaya Allah, cahaya keindahan Allah, cahaya keagungan Allah, cahaya kewibawaan Allah, cahaya kemuliaaan Allah, cahaya yang menerangi dirinya, hatinya, dan wilayah sekitarnya,dan terus akan meneranginya di kuburnya hingga yaumil qiyamah bersama pemimpin orang orang yang dilimpahi cahaya Allah, Sayyina Muhammad salallahu 'alaihi wa baraka 'alaihi wa 'ala aalih
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, tunduk dan taatlah seluruh makhluk yang ada di permukaan bumi kepada Allah subhanahu wa ta'ala padahal mereka tidak diciptakan untuk kekal dan abadi, sedangkan kita yang sudah disiapkan oleh Allah, surga sudah dibangun dengan megahnya, dengan indahnya dan akan kekal abadi dan na'udzubillah neraka pun sudah dibuat dengan sangat mengerikannya, ini semua sudah ada dimasa saat ini tinggal kita yang akan masuk kedalam salah satunya, semoga kita semua didalam surganya Allah subhanahu wata'ala dan tidak menyentuh api neraka dan tidak disentuh api neraka amiin allahumma amiin
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, didalam hari-hari ini bulan shafar yang dimuliakan Allah bahwa banyak hal yang mulia yang terjadi namun saya tidak bisa menyebutkan semuanya karena kita akan sedikit mensyarahkan hadits ini dan membaca kitab Risalatul Jami'ah disyarahkan sebagaimana perintah Guru Mulia kita Al-Musnid Al-'Arif billah Al-Habib Umar bin Hafidh, namun sekilas saja tentang bulan shafar, jangan sampai seseorang menunda suatu hal niat baik, perbuatan baik misalnya pernikahan, atau mau berdagang, atau mau buka toko atu lainnya, " ah bulan shafar jangan, katanya ini bulan sial" , tidak ada bulan sial, yang ada adalah bulan shafar sebagian riwayat mengatakan bulan shafar itu turunnya ketentuan ketentuan musibah bagi umat ini untuk setahun di riwayat demikian, namun hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, bulan Shafar tidak ternafikan atau terhilangkan dari limpahan rahmatnya Allah, bulan yang mulia, karena dibulan Shafar inilah terjadi peperangan yang pertama yaitu di tahun pertama hijriah disebut Ghazwatul Waddan atau Ghazwatul Abwa' dimana Rasul bersama 50 atau dalam riwayat lain 40 dalam sirah ibn Hisyam dari kaum muhajirin tidak satupun anshor yang ikut untuk menghadapi Quraysh yang sudah bergabung dengan beberapa qabilahdisekitar kota Madinah untuk menyerang Madinah, mereka berjumlah sangat banyak namun terhalangi oleh air, seperti sungai, maka saling berhadapan terhalang oleh air, Rasul salallahu 'alaihi wa sallam hanya 50 orang saja, maka mulailah orang-orang Quraysh ( karena terhalang air ) melempar ratusan panah kepada kaum muslimin Muhajirin pimpinan Sayyidina Muhammad salallahu 'alaihi wa sallam namun, ketika ratusan panah terlempar maka mulailah orang muslim sebagaimana Rasul salallahu 'alaihi wwa sallam dalam perangpun pakai adab, tidak boleh menyerang sebelum orangnya menyerang ( lawan musuhnya ), kalau musuhnya belum menyerang tiadak boleh bergerak menyerang, sedang musuhnya melempari dengan panah yang sangat banyak maka maju satu orang yaitu Sa'ad bin Abi Waqqas radhiallahu 'anhu wa ardohu ia melepas satu panah ke arah Quraysh, orang Quraysh mundur semua dan merekapun terpecah belah kabur ketakutan. satu panah dari Sa'ad bin Abi Waqqas karena panah itu bukan panah yang terbuat dari besi biasa, tapi panah itu diikuti kekuatan Allah subhanahu wa ta'la bukan menusuk akan tetapi menghancurleburkan keberanian ribuan musuhnya yang berada di seberang, satu panah terlempar mereka mundur semua takut kena, kenapa? biasanya muslimin tidak melawan, kali ini muslimin melawan, takut mereka , dan mereka gentar terkena panah, mundur akhirnya pulang tidak terjadi pertumpahan darah, dan tidak terjadi peperagan Rasul salallahu 'alaihi wa sallam menang begitu saja dengan hanya lemparan satu panah Sa'ad bin Abi Waqqas radhiallahu 'anhu wa ardahu. Panah yang dilemparkan dengan ketaqwaan dengan hati dan jiwa yang penuh dengan iman dan keikhlasan, hal ini terjadi di bulan Shafar tahun pertama hijriah. Lalu di tahun kedua hijriah bulan Shafar, terjadi peristiwa yang sangat indah yaitu pernikahan sayyidina Aly bin Abi dan Sayyidatina Fathimatuzzahra Al-Batul radhiallahu anhuma wa ardohuma. Didalam Fathul Bary syarah Shahih ALbukhary oleh Ibn Hajar Atsqalany dijelaskan kejadiannya ( khilaf ulama ) namun yang terkuat adalah pernikahan mereka terjadi di bulan Shafar, Guru Mulia kita juga akan menikahkan putrinya beberapa hari mendatang di bulan Shafar, jadi jangan sampai kita kaget ketika masuk bulan Shafar, " tar dulu tunggu dulu, bulan safar nih bulan sial" ( astaghfirullah). Hadirin hadirat, Kalau bulan sial, Rasul tidak menikahkan putrinya di bulan sial, Rasul menikahkan putrinya di bulan Shafar, berarti bulan Shafar bulan mulia dan tidak akan kekurangan dengannya dari rahmatnya Allah, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, lalu juga di bulan Shafar terjadilah Fatah Khaibar yaitu jebolnya benteng Khaibar oleh Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah yang peperangan Khaibar sudah sampai beberapa waktu yang lalu dimana mereka mempunyai benteng - benteng yang banyak, tinggal satu benteng saja yang tidak bisa ditembus oleh pasukan Rasul salallhu 'alaihi wa sallam, oleh Sayyidina Abu BAkar Assidieq kepemimpinan diberikan tidak bisa menembus juga, kemudian Sayyidina Umar akhirnya diberikan kepada Sayyidina Aly ( secara ringkas saja ) itu kejadian di bulan Muharram sampai masuk bulan Shafar tahun 7 Hijriah itulah kejadian Fath Khaibar ditangan Sayyidina Aly bin Abi Thalib karramallahu wajhah kejadiannya di bulan Shafar, kemudian di bulan Shafar tahun 7 Hijriah itu pula Abu Hurairoh radhiallahu 'anhu wa ardohu bertemu dengan Rasul salallhu 'alaihi wa sallam kemudian terus mengikuti Rasul tidak pernah berpisah dengan Rasul hingga wafat Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah demikian sekilas tentang bulan Shafar, selanjutnya mengenai hadits yang kita baca ini adalah hadits dimana Rasul salallahu 'alaihi wa sallam memang sering mengadakan perjalanan, didalam riwayat ini bahwa didalam perjalanannya Beliau akan buang air kecil, dan disaat itu Mughirah mengalirkan air agar beliau berwudhu.... Di dalam riwayat Imam Qadhi Iyadh dalam kitab Assyifa, suatu waktu Rasul dalam perjalanan juga, bersama Sayyina Anas bin Malik radhiallahu anhu / Sayyidaina Zeid bn Haritsah radhiallahu 'anhu, saat itu berkata Rasul salallahu 'alaihi wa sallam tidak mau buang air kecuali di tempat yang tertutup, ketika itu di padang yang luas tidak ada pepohonan yang dekat dan tidak ada pula bebatuan yang besar yang dekat, maka Rasul memerintahkan kepada sahabatnya yaitu Anas bin Malik / Zeid bin Haritsah ( salah satu dari mereka ) " datangi semua pohon yang kalian liat dan semua batu besar yang kalian liat! katakan engkau dipanggil oleh Rasullah, " maka bergeraklah seluruh batu - batu besar yang didatangi oleh Sayyidina Anas bin Malik ( diucapkan kau dipanggil oleh Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam) dia ( batu ) datang membelah tanah, pohon didatangi, kau dipanggil Rasulullah maka pohonpun datang membelah tanah, mengeluarkan akarnya dan bergerak menyeret akarnya menuju Rasul salallahu 'alaihi wa sallam sampai Rasulullah tertutup oleh batu dan pepohona lalu Rasul salallahu 'alaihi wa sallam melakukan buang airnya. Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, di dalam riwayat ini, Sayyidina Mughirah radhiallahu 'anhu menjelaskan juga tentang furudhul wudhu ( fardu fardu wudhu ), arkanul wudhu ( rukun rukun wudhu ) yang diperbuat Nabi salallahu 'alaihi wa sallam yang rukunnya, yang sunahnya belum disebut, yang wajibnya itu Beliau salallahu alaihi wa sallam pun membasahi wajahnya, lalu kedua tangannya, lalu membasuh sedikit rambutnya, lalu mengusap kedua sepatunya. ini hadits ( karena kita membaca hadits setiap minggu ), hadits ini penjelasannya akan kita perjelas nanti disaat kita membaca kitab Risalatul Jami'ah jika sudah sampai kita di babul wudhu, karena penjelasannya panjanglebar mengenai masalah khuffayn ini, masalah khuffayn ini cukup mengusap sepatu tanpa perlu harus membukanya untuk berwudhu tapi ada syarat - syaratnya yang nanti kita akan bahas panjanglebar, hal ini belum termasuk dengan rukun - rukun lainny yaitu niat dan tartib atau berniat ( merupakan hal yang wajib dalam wudhu) lalu tertib, tertib itu dilakukan dengan berurutan. Mengapa Imam Syafi'i mengada - ngada membikin fardu wudhu rukun - rukun wudhu sendiri? menambah furudhul wudhu sendiri dengan niat? maka ketahuilah, jika kita tidak mempunyai wudhu, lalu kita niat cuci muka saja, cuci tangan, cuci kaki lalu sholat, berarti bukan wudhu, kalo wudhu kan niat saya mau sholat, saya mau baca Al-Qur'an, saya mau mensucikan diri berarti kan niat,
إنَّماَالأَعْمَالُ بِالنِيَات وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرءٍ مَا نَوَى
kalau tidak ada niatnya, tidak ada pahalanya, kalau seandainya tidak ada niatnya kita berpuasa dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari kita cuma nahan lapar dan haus saja sedang niat tidak, ya maka tidak mendapat pahala puasa, karena tidak berniat, hadirin hadirat yang dimuliakan Allah segala sesuatu itu, didalam kebaikan, pahala, mestilah didahului dengan niat. Dan juga tertib, tertib itu berurutan ( nanti akan kita jelaskan ).
by: Lintas Islam
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori hadits
dengan judul wudhu. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://lintas-islam.blogspot.com/2014/12/wudhu.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Lintas Islam - Wednesday, December 17, 2014
Belum ada komentar untuk "wudhu"
Post a Comment